Rabu, 28 Desember 2011

Antara EMANSIPASI dan KODRAT wanita

Emansipasi dan kodrat wanita adalah hal yang telah lama ingin saya bicarakan,terbesit dalam benak saya bahwa kedua hal itu sangat penting bagi kehidupan seorang wanita.
Ditengah merebaknya isu emansipasi wanita dan para wanita saat ini sudah mulai merasa sejajar dengan kaum adam dan merasa memiliki kekuatan untuk mampu hidup sendiri tanpa menggantungkan diri pada kaum adam.
Thanks God engkau menciptakan R.A Kartini sebagai pengusung dan pahlawan yang memperjuangkan emansipasi wanita sehingga para wanita kini mampu mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak setara dengan kaum pria.
Namun ntah apa yang terjadi kin para kartini modern membuat emansipasi wanita  mengaburkan kodrat wanita.
ya emansipasi memang melegalkan wanita untuk melakukan perjuangan sama dengan apa yang lelaki perjuangan,mendapatkan tempat yang sama dengan para lelaki diberbagai bidang kehidupan.
Fenomena lain kini muncul ditengah perkembangan zaman dan tekhnologi,emansipasi wanita seolah-olah menggeser fungsi,hak dan kodrat seorang wanita.
Fenomena ini lebih mencolok terjadi pada kota-kota besar yang terkadang membuat seseorang bekerja super keras hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ditengah persaingan yang semakin ketat.Saya melihat fenomena ini terjadi sangat kuat di ibu kota,ya seperti guyonan yang menyatakan bahwa "ibu tiri tidak sekejam ibu kota",ibu kota memang menjanjikan kemewahan,kemajuan tekhnologi dan kemudahan namun dibalik semua itu butuh perjuangan sangat jeras untuk mampu menaklukan ibu kota ya sampe bisa dibilang "kaki dikepala kepala dikaki" saking jungkir baliknya seseorang untuk mencari sebongkah berlian.ya ibu kota tumbuh bersama obsesi-obsesinya.
dari persaingan yang ketat dan tuntutan zaman para wanita mulai tergiur dengan apa yang dijanjikan olehnya,kemewahan,kemudahan dan kemandirian sehingga menciptakan para wanita pintar dan hebat mampu mencari nafkah sendiri dan mendapatkan target-target hidupnya kembali kemewahan,eksistensi dan kemudahan.
terkadang seorang wanita mengejar karir penuh ambisi dan tidak sedikit jikalau seorang wanita telah mencapai titik tertinggi pada sebuah perusahan namun dia lupa jikalau ada target lain yang belum tercapai menikah mungkin
ataupun tidak sedikit juga terjadi pada ibu-ibu muda dikelas atas yang memiliki kegiatan arisan dan segudang acara dengan ibu-ibu muda lainnya sampai melupakan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu yang menelantarkan anaknya dan mempercayakan seorang pembantu untuk mendidik dan mengurus anaknya,,miris sekali.
tapi ya itu memang terjadi saat ini
ditengah digencarkannya emansipasi wanita terkadang para wanita sendiri pun lupa ada kodrat wanita yang terabaikan
saya tidak antipati pada emansipasi wanita saya malah sangat bersyukur ketika perjuangan R.A Kartini membuahkan hasil,banyak negara-negara maju yang berhasil karena hasil tangan dingin para wanita hanya saja saya merasa geli cenderung miris ketika seorang wanita hebat yang menjunjung tinggi emansipasi wanita lupa akan kodrat wanita.
Kodrat wanita memang bukan diam didapur tapi dapur tidak boleh dilupakan.ok saya setuju zaman sekarang memang semakin canggih dan semakin praktis,ketika wanita tidak dapat masak sendiri berbagai restauran menyediakan berjuta makanan lebih enak dibanding masakan dirumah namun tanya pada suami anda apakah setiap hari dia puas hanya disajikan masakan ala restauran yang super enak?
saya sendiri pun memiliki cita-cita dan orang tua saya memang memberikan fasilitas untuk mencapai pendidikan paling tinggi untuk mewujudkan cita-cita saya,saya ingin mencari nafkah sendiri dengan apa yang telah saya pelajari dan saya punya itu adalah ambisi saya ketika saya masih sendiri namun lain ketika nanti ada seorang pria yang mempersunting saya,saya menerima dia dan seluruh aturan dia.Jikalau diizinkan saya tetap ingin bekerja dalam batas wajar saja,saya tidak ingin anak-anak saya nanti terlantar dan dididik oleh orang lain.Ataupun ketika saya harus diam dirumah saja saya ingin menjadi seorang ibu rumah tangga yang cerdas yang mampu menaklukan tekhnologi sebagai kontrol bagi anak2 saja kelak yang saya menyadari bahwa selama dunia ini ada tekhnologi akan terus menerus berkembang dan semakin sulit untuk dikontrol.
ini hanya sedikit pemikiran yang selalu menggelitik saya dengan fenomena-fenomena yang terjadi pada masyarakat sekarang.

Rabu, 14 Desember 2011

Trend Bisnis Syariah Dalam Membangun Perekonomian Dunia



Persoalan ekonomi manusia sebenarnya telah tumbuh berkembang bersamaan dengan umur manusia di planet bumi ini, demikian juga upaya untuk memecahkannya, tidak hanya untuk mempertemukan kedua tujuan itu, tetapi membuat kehidupan lebih nyaman dan mendorong kekuatan mereka terwujud berdasarkan visi mereka. Apa yang dikonsumsi, bagaimana memproduksi, dan bagaimana mendistribusikan ?. Persoalan-persoalan ini tetap menjadi isu utama selama perjuangan manusia di sepanjang kehidupannya, baik yang terekam oleh sejarah maupun tidak.
Apabila persoalan ekonomi dikaitkan dengan persoalan mendasar yang dihadapi umat manusia sekarang maka terdapat suatu asumsi, yaitu munculnya suatu pandangan yang menempatkan aspek material yang bebas dari dimensi nilai pada posisi yang dominan. Pandangan hidup yang berpihak pada ideologi materialisme inilah yang kemudian mendorong perilaku manusia menjadi pelaku ekonomi yang hedonistik, sekularistik dan materialistik. Dampak yang ditimbulkan dari cara pandang inilah yang kemudian membawa malapetaka dan bencana dalam kehidupan sosial masyarakat seperti eksploitasi dan perusakan lingkungan hidup, disparatis pendapatan dan kekayaan antargolongan dalam masyarakat dan antarnegara di dunia, lunturnya sikap kebersamaan dan persaudaraan, timbulnya penyakit-penyakit sosial (social disease), timbulnya revolusi sosial yang anarkis dan sebagainya.
Fenomena ini muncul disebabkan adanya beberapa kemungkinan, yaitu antara lain adalah : Pertama, karena ilmu ekonomi cenderung berbicara dalam dataran positif (positive economics) dengan maksud untuk tetap menjaga obyektifitas ilmu.Kedua, model masyarakat yang dikembangkan dalam ilmu ekonomi modern beranjak dari tradisi masyarakat barat yang sekuler sehingga contoh, model dan rumusan teori ekonominya diilhami dari latar belakang masyarakat Eropa.Ketiga, tradisi pemikiran Neo-Klasik menempatkan aspek individualisme, naturalisme dan utilitarianisme dalam posisi yang startegis dalam membangun paradigma ilmu ekonomi, sehingga teori dan model yang dikembangkan adalah merupakan rumusan yang diorientasikan pada aspek-aspek meterial seperti maksimasi keuntungan dan kepuasan, bekerjanya melalui mekanisme harga melalui invisible hand.
Tidak ada keraguan bahwa ilmu ekonomi konvensional telah mencapai tingkat sofistikasi intelektual yang sangat besar. Namun bukanlah sofistikasi suatu disiplin yang diinginkan oleh manusia, karena belum sepenuhnya dapat memecahkan problem kemanusian. Mereka sebenarnya menginginkan bagaimana ilmu itu dapat membantu umat manusia merealisasikan sasaran-sasaran humanitarian-nya, yang ada di setiap kepala manusia adalah keadilan dan kesejahteraan umum. Di sinilah menurut Dr. M. Umer Chapra (1420 H/2000 M) , ilmu ekonomi konvensional telah gagal. Selanjutnya ia (1420 H/2000 M) berpendapat bahwa untuk menjawab pesoalan di atas perlu dikembangkan ilmu ekonomi Islam, karena ia mempunyai potensi besar karena lingkupnya yang jauh lebih luas. Melalui triloginya, Towards a Just Monetary System (1985), Islam and the Economic Challenge (1992), dan The Future of Economics: An Islamic Islamic Perspective (2000), Chapra seperti mengingatkan mendesaknya agenda dekonstruksi ilmu ekonomi konvensional.
Telaah sederhana ini akan mencoba menangkap inti dari fenomena ekonomi dunia dan usaha sebagai pencerahan dengan mencari alternatifnya yang menurut Chapra sebenarnya sudah pernah berkembang kemudian hilang tertindih oleh sistem sekuler. Alternatif tersebut adalah sistem ekonomi Islam.
Bisnis itu dalam Islam merupakan kegiatan berdagang. Kegiatan Bisnis Syariah dalam Islam sangat berbeda dengan kegiatan ekonomi sekuler (kapitalis) yang beranggapan bahwa dalam setiap urusan bisnis tidak dikenal adanya etika sebagai kerangka acuan, sehingga dalam pandangan kaum kapitalis bahwa kegiatan bisnis amoral. Prinsip ini menunjukkan bahwa setiap kegiatan Bisnis Syariah tidak ada hubungannya dengan moral apa pun, bahkan agama sekalipun. Menurut ekonomi kapitalis setiap kegiatan ekonomi didasarkan pada perolehan kesejahteraan materi sebagai tujuan utama. Dalam Bisnis Syariah manusia memiliki peranan yang sangat penting sebagai pelaku bisnis.
Pemuatan prinsip-prinsip moral dalam sumber hukum menjadikan etika Bisnis Syariah sebagai basis yang harus dipegang dan dijalankan seseorang atau kelompok dalam melakukan aktivitasnya. Islam membangun pribadi individu secara terpadu antara kebutuhan dunia dan akherat secara bersamaan, seimbang (harmonis) dengan melihat pertimbangan dan hasil yang akan diperoleh sebagai pertanggungjawaban manusia.
Mengapa Syariah menjadi trend?Sebab ekonomi konvesional dianggap merugikan dan memberikan suatu ketidakadilan.Kemudian ekonomi syariah pun bersifat universal walaupun didasari dengan syariat dan prinsip agama Islam namun tetap dapat digunakan oleh siapa saja.
Sumber :
http://syadiashare.com/prinsip-hukum-landasan-sistem-perbankan-syariah-dan-ekonomi-syariah-islam-bisnis-syariah.html

Social Marketing


BAB   1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Promosi adalah hal yang paling penting dilakukan oleh perusahaan untuk menyampaikan nilai dari produknya.Setelah krisis moneter 1997 dan bersamaan dengan proses reformasi negeri kita yang berjalan selama sepuluh tahun (1998-2007), beberapa tahun terakhir ini kita menyaksikan pergeseran warna promosi yang digelar para pemasar. Gaya promosi simpatik yang mengundang konsumen untuk terlibat dalam program kepedulian mulai diminati produsen, walau pun gebyar promosi dengan jor-joran hadiah masih sering bermunculan.
Promosi peduli semacam itu tampaknya menjadi pola baru. Produsen bukan saja berusaha menggaet pembeli, tapi sekaligus menanamkan citra dirinya sebagai perusahaan yang peduli terhadap problema di tengah-tengah masyarakat. Jadi promosi itu menjadi sarana kehumasan (public relations/PR) yang ampuh untuk merebut simpati di hati publik.
Salah satu program promosi simpatik yang bukan sekadar jualan, tapi turut berperan membantu mengatasi masalah sosial di negeri kita adalah Lifebuoy Berbagi Sehat (LBS). Pesan-pesan edukasinya memang masih terkait dengan manfaat produk untuk menjaga kebersihan, namun gerakan moral dan aksi nyata yang digulirkan berdampak positif untuk kesehatan masyarakat luas.
Dari iklan tersebut maka saya akan menganalisis “Iklan lifebouy sebagai social marketing”
1.2  Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memehuni salah satu tugas pada mata kuliah isu-isu pemasaran di semester ganjil.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat merumuskan tujuan dari penulisan yaitu : Mengetahui apa itu social marketing melalui contoh iklan.


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Social Marketing
Istilah social marketing (pemasaran sosial)  ditampilkan pertamakali pada tahun 1971,  adalah suatu konsep dan upaya stategi pihak public relations; “Untuk mengubah perilaku publik”
Pemasaran sosial adalah strategi untuk mengubah perilaku yang mengkombinasikan elemen-elemen terbaik pendekatan tradisional dan perubahan sosial dalam sebuahkerangka karya perencanaan dan pelaksanaan terintegrasi serta memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan keterampilan pemasaran.
Strategi komunikasi penyampaian pesan atau informasi dalam social marketing dapat dilakukan dengan mengadakan kombinasi pendekatan tradisional dalam suatu langkah strategi dari manajemen PR. Strategi tersebut dimulai dari perencanaan (planning), pelaksanaan kegiatannya (action planning), serta komunikasi (communication) yang terintegrasi dengan memanfaatkan “teknologi komunikasi canggoh”  seperti media elektronik (saluran televisi dan radio) dan dipadukan “keahlian pemasaran program kemasyarakatan” (social marketing expert).
            2.2 Teori Social Marketing
Menginjak tahun 1970-an, sebuah teori media dan masyarakat yang cukup besar mulai mengambil bentuk yang berbeda dengan teori yang lain. Teori tersebut disebut dengan teori social marketing. Teori ini bukan sebuah penyatuan akan sebuah tubuh pemikiran melainkan lebih kepada koleksi pada teori pertengahan yang berurusan dengan promosi mengenai informasi yang dianggap sebagai suatu informasi penting yang harus disosialisasikan kepada masyarakat oleh sebagian orang khusus (orang elit). 
Teori ini berbeda dengan teori pada umumnya, dan secara isi didominasi oleh sumber-sumber yang ada. Teori ini memberikan penyediaan sebuah pandangan akan pendesignan, membawa keluar, dan mengevaluasi informasi kampanye. Dalam bentuk ini, khususnya, teori ini memberi perhatian yang lebih banyak/lebih besar kepada kegiatan khalayak dan kebutuhan untuk menggapai khalayak aktif dengan informasi yang mereka cari. Target khalayak/audience diidentifikasikan sesuai dengan kebutuhan informasi mereka. 
Teori ini merepresentasikan usaha untuk meningkatkan keefektivitasan media-massa didasarkan kepada kampanye informasi melalui pemahaman yang baik dan manipulasi dari aspek sosial dan factor psikologi. Teori ini melakukannya dengan cara mengindentifikasikan dinding level system sosial yang beragam sesuai dengan dinding secara psikologis pada arus informasi dan mempengaruhinya melalui media massa. 
Teori sosial marketing ini memiliki beberapa ciri khas yang menarik, di antaranya yaitu:
1. Metode untuk membujuk kesadaran khalayak terhadap topic kampanye atau kandidat.Hal ini dilakukan supaya khalayak sadar dengan keberadaan mereka sendiri, supaya mereka sadar dengan eksistensi diri mereka. Hal yang termudah sekaligus termahal adalah dengan melalui media massa seperti televisi. Dengan banyaknya channel yang disediakan, tentu saja akan membujuk dan membangun kesadaran khalayak akan eksistensi diri mereka pribadi.
2. Metode untuk mentargetkan pesan pada segmen khalayak yang spesifik yang paling dirasa bisa menerima dan sesuai dengan pesan tersebut.
Efek yang terbatas menunjukkan bahwa mengidentifikasikan khalayak adalah hal yang paling mudah disinggung untuk menspesifikasikan tipe-tipe pesan yang ada. Saat segmennya teridentifikasi, maka pesan akan bisa dengan mudah disampaikan pada khalayak. 
3. Metode untuk memperkuat pesan termasuk kepada segmen yang ditargetkan dan untuk mendorong khalayak tersebut untuk mempengaruhi satu sama lain melalui komunikasi langsung (face-to-face communication.).
Walaupun seringkali khalayak lupa dengan pesan-pesan yang sudah disampaikan,
Penegasan dan pengulangan kembali pemberian pesan setidaknya membuat para khalayak mengetahui dan menyadari akan pesan yang disampaikan itu. Untuk menyadarkannya bisa dengan mengirimkan langsung agen atau melalui channel televisi.
4. Metode untuk mengolah gambar-gambar dan kesan terhadap orang-orang (seseorang), produk, dan jasa-jasa.Metode inilah yang seringkali dipakai jika mengalami kesulitan dalam mengundang ketertarikan khalayak.

5. Metode untuk menstimulasikan ketertarikan dan pembujukan informasi untuk mencari yang dilakukan oleh anggota khalayak.Pencarian informasi akan terjadi jika level yang sufisien ide atau faktor-faktornya bisa digeneralisasikan.
6. Metode untuk membujuk hasrat pembuat keputusan atau posisi.
Saat masyarakat tersadarkan, diberi informasi, atau setidaknya mendapatkan gambaran dan kesan yang kuat, mereka dapat melangkah ke arah pengambilan keputusan baik itu keputusan secara sadar maupun keputusan yang didasarkan pada prioritas yang mereka ambil.
7. Metode untuk mengaktifkan segmen khalayak, terutama dalam hal ini yang sudah dijadikan target oleh kampanye tersebut.Idealnya, yang termasuk ke dalam khalayak yang dimaksud adalah mereka yang memiliki kemampuan atau cocok dalam posisi mereka dan sudah memutuskan untuk bertindak namun belum mendapatkan kesempatan.
Menurut Rice & Atkin(1989), secara mudahnya, teori social marketing adalah hierarki dari efek-efek model, yang menyatakan bahwa hal ini penting untuk membedakan jumlah besar efek persuasi – beberapa yang dengan mudah dibujuk dan yang lain yang lebih membutuhkan waktu yang lebih lama dan usaha yang lebih juga.
Usaha yang dilakukan bisa jadi dimulai dengan membentuk kesadaran khalayak, lalu mengolah gambaran-gambaran atau membujuk keinginan/ketertarikan dan pencarian informasi, menegaskan pelajaran akan informasi atau gambaran-gambaran, tujuan-tujuan orang dalam membuat keputusan yang “benar”, lalu membuat mereka aktif. 
Hierarki ini pertama kali dikembangkan oleh produk marketer, akan tetapi sekarang ini sudah diaplikasikan pada social marketing. 
Sosial marketing berargumentasi bahwa walaupun mereka tidak bisa berharap untuk membujuk semua target efek hasrat dalam setiap penargetan terhadap seseorang, mereka memiliki bukti yang terstruktur, step-by-step kampanye yang menggunakan data survey untuk menyediakan feedback yang lebih sukses lagi daripada teori persuasi yang didasarkan kepada efek model linear. 
Kemudian, model teori social marketing ini menyesuaikan dengan situasi dimana sumber-sumber elit memiliki kemampuan/bisa lebih mendominasi elemen-elemen dari sistem social yang lebih besar. Kekuatan sumber yang besar ini dapat mencegah counter-elit dari penyebaran informasi atau dari jenderal oposisi.
Teori ini tidak memperkenankan adanya konflik social dan tidak dapat diaplikasikan pada situasi yang tengah dilanda dengan konflik, bahkan konflik yang tengah dalam keadaan reda sekalipun. Hal ini akan lebih mudah diaplikasikan pada bentuk informasi trivial dan bekerja dengan baik jika politik dikurangi dalam persaingan gambaran kandidat marketing atau transmisi yang tidak membahayakan pesan kesehatan masyarakat.
Kelebihan Teori Sosial Marketing:
1.      Menyediakan nasehat praktis bagi media kampanye,
2.      Dapat diterapkan untuk menyediakan hasil akhir yang baik
3.      Membangun perubahan perilaku dan teori pembauran
Kekurangan/Kelemahan Teori Sosial Marketing:
1.      Didominasi oleh sumber,
2.      Tidak mempedulikan/mempertimbangkan hasil akhir kampanye,
3.      Menyepelekan/meremehkan kemampuan/intelektual orang yang rata-rata (rata-rata orang _ orang-orang yang biasa),
4.      Mengabaikan ketidakleluasaan untuk pengulangan arus informasi,
5.      Mahal untuk dilaksanakan (untuk melaksanakan)
2.3 Iklan Lifebouy
Liputan majalah Mix no. 09/2004:42-43, “Bersih Pangkal Sehat, Sehat Pangkal Lifebuoy,” mengulas kampanye LBS sebagai program untuk berbagi citra dan memperlihatkan kepedulian sosial perusahaan. Lifebuoy menyisihkan Rp10,- dari setiap penjualan sabun selama Juli-Agustus 2004 untuk pengadaan sarana mandi, cuci dan kakus (MCK) dan air bersih. Dalam implementasi LBS bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia, KuIS (Koalisi untuk Indonesia Sehat), dan Yayasan Unilever Indonesia Peduli. Liputan lanjutan dalam Mix no. 10/2004:19, menggambarkan LBS sebagai program edukasi kesehatan pada masyarakat tentang pentingnya memiliki lingkungan yang bersih melalui sarana MCK.
LBS merupakan contoh penerapan konsep pemasaran berdimensi sosial (cause-related marketing), yakni program pemasaran yang diarahkan untuk memecahkan salah satu masalah di masyarakat yakni kebersihan atau kesehatanFokus bidang ini sangat sesuai dengan positioning Lifebuoy sebagai sabun kesehatan untuk keluarga.
Publikasi LBS terus berlanjut pada Cakram edisi 10/2005:18 yang mengungkap iklan lifebouy anak kecil kerja bakti mengantongi nilai penetrasi tertinggi (skor 8,4) dan berhasil menduduki peringkat pertama iklan paling efektif bulan September 2005. Ini berarti iklan tersebut mendapat perhatian tinggi dan temanya digemari masyarakat luas.
Program LBS mendahului kampanye mencuci tangan dengan sabun yang dilakukan KuIS atas bantuan teknis John Hopkins University dan didanai USAID. Sebagian kalangan mungkin menganggap kampanye ini sebagai hal “remeh tapi penuh tantangan” seperti diungkap Cakram edisi 12/2005:16-17. Program Kampanye yang meraih anugerah PR Week Award 2005 ini tak lepas dari hasil riset KuIS yang mengungkap 80% responden ternyata kurang memperhatikan perilaku sehat. Karena itu, kampanye yang dikemas agar menyatu dengan tradisi masyarakat lokal ini memdidik sasaran utama kalangan ibu-ibu. Tujuannya untuk membangun persepsi masyarakat bahwa cuci tangan dengan sabun sebagai kebiasaan hidup sehat.
Kebiasaan dan disiplin diri untuk hidup bersih yang tampak sederhana itu sebenarnya sangat mendasar, karena kebersihan adalah pangkal kesehatan dan berdampak pada sikap dan perilaku keseharian menjadi lebih baik. Bahkan bila kampanye hidup bersih ini dimaknai secara spiritual, berarti bersih dari dalam hati alias bersih batin, bukan hanya bersih lahir.
Bila ditelusuri lebih jauh, program LBS itu berbasis misi produk Lifebuoy yakni “untuk berperan langsung meningkatkan kualitas hidup keluarga Indonesia, khususnya kesehatan,” seperti dikemukakan Elfi Emilia Zurfiana Senior Brand Manager Lifebuoy pada majalah Mix no. 01/2007:26-27. Mengingat merek Lifebuoy telah hadir lebih dari 55 tahun di Indonesia dan sebagai pemuka pasar, maka terasa wajar menerapkan konsep pemasaran berbasis misi (mission marketing), meski ini merupakan suatu pilihan yang jarang ditempuh pemain baru.
Keseriusan dan konsistensi LBS bisa dicermati dari empat jurus yang diungkap Elfi (lihat rangkuman pada tabel) untuk meluruskan pandangan kalangan jurnalis yang terkadang menganggap aktivitas merek hanya komersial melulu. Ia mengakui publikasi media menjadi kunci sukses program LBS yang meraih penghargaan PR of the Year 2006 yang digelar majalah Mix dan memboyong empat penghargaan sekaligus yaitu: Overall, Objective, Strategy, dan Execution untuk kategori Product Brand PR.

Empat Jurus Lifebuoy Berbagi Sehat
NO
JURUS/STRATEGI
URAIAN SINGKAT
1.
Pesan kunci (key message) yang jelas
Konsistensi pesan utama melalui keseluruhan rangkaian kampanye untuk menyuarakan misi sosial tentang pentingnya memiliki lingkungan yang bersih dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
2.
Menggandeng influencers dari berbagai unsur
Mitra dari kalangan pemerintah, para pakar, lembaga swadaya masyarakat seperti KuIS dan Nurani Dunia
3.
Menggunakan data ilmiah dan terpercaya
Dukungan data dari pihak yang kompeten seperti Statistik Diare dari Dinas Kesehatan atau hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dan KuIS
4.
Kesinambungan program LBS (sustainability)
Program LBS yang berkelanjutan, bukan insidental atau ad-hoc. Serial program kini telah mencapai empat tahun
Sumber: majalah Mix no. 01/2007:26-27 (wawancara Elfi E. Zurfiana Senior Brand Manager Lifebuoy).
Pada 2007 juga muncul iklan layanan masyarakat LBS dengan visual lima orang bersikap masa bodoh terhadap sampah yang berserakan di jalan sebenarnya menggugah kita untuk lebih peduli pada masalah kebersihan. Narasi iklan itu mengimbau, “Sebenarnya Anda bisa berbuat lebih banyak daripada mereka. Sehat ada di tangan kita, ayo turun tangan!” Ajakan itu disampaikan juga melalui iklan komersial TV (TCV) Lifebuoy: ”Kalau bicara aja sih tidak akan bisa bikin perubahan…” begitu suara anak terdengar dilanjutkan dengan visual aktivitas menjaga kebersihan. Kampanye Lifebuoy memang bukan hanya bicara, namun berujung pada aksi nyata.

Iklan LBS itu mengingatkan kita pada iklan-iklan yang tidak menawarkan produk, tapi berisi nada himbauan, ucapan selamat, pembelaan, atau menunjukan sikap peduli terhadap problema yang dihadapi masyarakat. Iklan yang dikemas dengan unsur edukasi dan berupaya menarik simpati publik itu kini mulai bertaburan di antara ramainya iklan-iklan produk.
Iklan yang dikeluarkan perusahaan untuk menanamkan suatu ide, citra atau kesan tertentu disebut iklan korporat. Namun, bisa saja pesan itu disampaikan melalui iklan produk. Karena ada suatu organisasi atau lembaga yang mengeluarkan, maka dikenal sebagai iklan institusi (instititional ad). Tapi mengingat tujuannya untuk membangun dan memantapkan citra, lalu dinamakan iklan citra (image advertising). Dilihat dari pesan yang disampaikan bersifat pelayanan atau pendidikan, imbauan, atau pembelaan, sehingga disebut iklan layanan masyarakat (ILM) dan iklan anjuran atau pembelaan (advocacy ad).
Fungi iklan semacam itu bukan untuk mengenalkan produk, apalagi membujuk orang untuk membeli. Tapi arahnya sebagai alat kehumasan (public relations/PR) untuk memantapkan citra perusahaan atau memperkuat iklan-iklan produk yang ditawarkan perusahaan. Lebih dari itu, ILM dan iklan pembelaan terkadang digunakan untuk membentuk opini pada kalangan tertentu, misal investor, pialang saham, pejabat pemerintah, mitra usaha, eksekutif dan para profesional, atau khalayak spesifik.
Program LBS memang bukan sekadar imbauan lewat iklan, namun sebuah edukasi panjang yang diupayakan terintegrasi mulai dari iklan anak kerja bakti, kampanye cuci tangan dengan sabun, bahkan pada 2007 diselenggarakan Lifebouy Health Camp sebagai penutup rangkaian Lifebouy berbagi sehat seperti disajikan dalam majalah Mix edisi 10/2007.
Bila dicermati lebih mendalam, program Lifebuoy Berbagi Sehat (LBS) sebenarnya bukan hanya kampanye produk, namun membawa nama baik Unilever sebagai perusahaan yang memayunginya. Secara internal ternyata terjadi transformasi PR seperti dipaparkan oleh Leila Djafaar, Head of Corporate Communications Unilever pada majalah Mix no. 04/2006:63. Menurutnya, semua karyawan menjadi duta perusahaan. Bila dulu lebih berorientasi produksi dan pemasaran, kini untuk mencapai target bisnis melengkapinya dengan PR. Perubahan kultur dalam kaitan berhubungan dengan media atau publik pun terjadi terutama sejak Maret 2003 dari tertutup dan takut, menjadi lebih transparan dan bersahabat.
Posisi strategis iklan korporat atau produk yang berjiwa sosial semacam iklan LBS bisa ditinjau dari kerangka yang dikemukakan Belch & Belch, 2007:563-568 yang membagi iklan korporat (corporate advertising) menjadi empat kategori yaitu: image advertising, event sponsorship, advocacy advertising,dan cause-related advertising. Semua iklan itu diposisikan dalam konteks upaya perusahaan untuk membangun citra dan reputasi, meneguhkan sikap terhadap suatu masalah sosial, atau mengundang keterlibatan masyarakat. Kampanye LBS bukan hanya mengharumkan nama Lifebuoy, tapi di mata sebagian kalangan aktivis, pembentuk opini publik, profesional, dan pejabat, program itu dianggap sebagai wujud kepedulian Unilever terhadap bangsa ini.
BAB 3
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ;
1.      Social Marketing adalah “suatu penerapan dari konsep pemasaran pada aktivitas non komersial yang berhubungan dengan kepedulian kemasyarakatan, kesejahteraan rakyat dan pelayanan sosial.
2.      Teori sosial marketing ini memiliki beberapa ciri khas yang menarik, di antaranya yaitu:
1.      Metode untuk membujuk kesadaran khalayak terhadap topic kampanye atau kandidat.
2.      Metode untuk mentargetkan pesan pada segmen khalayak yang spesifik yang paling dirasa bisa menerima dan sesuai dengan pesan tersebut.
3.      Metode untuk memperkuat pesan termasuk kepada segmen yang ditargetkan dan untuk mendorong khalayak tersebut untuk mempengaruhi satu sama lain melalui komunikasi langsung (face-to-face communication.)
4.      Metode untuk mengolah gambar-gambar dan kesan terhadap orang-orang (seseorang), produk, dan jasa-jasa.
5.      Metode untuk menstimulasikan ketertarikan dan pembujukan informasi untuk mencari yang dilakukan oleh anggota khalayak
6.      Metode untuk mengaktifkan segmen khalayak, terutama dalam hal ini yang sudah dijadikan target oleh kampanye tersebut
7.      Metode untuk membujuk hasrat pembuat keputusan atau posisi.
3.      Kelebihan Teori Sosial Marketing:
1.      Menyediakan nasehat praktis bagi media kampanye,
2.      Dapat diterapkan untuk menyediakan hasil akhir yang baik
3.      Membangun perubahan perilaku dan teori pembauran 
4.      Kekurangan/Kelemahan Teori Sosial Marketing:
1.    Didominasi oleh sumber,
2.    Tidak mempedulikan/mempertimbangkan hasil akhir kampanye,
3.    Menyepelekan/meremehkan kemampuan/intelektual orang yang rata-rata (rata-rata orang _ orang-orang yang biasa),
4.    Mengabaikan ketidakleluasaan untuk pengulangan arus informasi,
5.    Mahal untuk dilaksanakan (untuk melaksanakan)
5.      Iklan yang dikeluarkan Lifebuoy merupakan salah satu bentuk social marketing dimana pesan yang disampaikan oleh perusahaan adalah ingin mengubah hidup masyarakat untuk lebih sadar akan kebersihan dan kesehatan.
DAFTAR SUMBER
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/387/jbptunikompp-gdl-reninuraen-19307-12-socialm-g.pdf
http://elqorni.wordpress.com/2009/02/24/teori-social-marketing/ http://yenirosilawati.blogspot.com/2008/04/social-marketing-pemasaran-sosial.html http://spiritmarcom.com/2008/05/gaya-lifebouy-berbagi-sehat/ http://birdoffuture.blogspot.com/2010/02/teori-sosial-marketing.html http://www.slideshare.net/antoniusgah/presentasi-social-marketing http://www.unilever.co.id/id/brands/personalcarebrands/lifebuoy/index.aspx